Competitions
Manchester United tengah menjalani fase penting dalam musim 2024/2025, Setelah gagal bersinar di Premier League, klub berjuluk Setan Merah itu kini mengalihkan sepenuhnya fokus mereka ke Liga Europa, tempat satu-satunya harapan untuk menyelamatkan musim yang mengecewakan.
Musim ini menjadi salah satu yang paling buruk bagi Manchester United dalam dua dekade terakhir. Hingga pekan ke-35, mereka masih tertahan di posisi ke-14 klasemen sementara Premier League angka yang jelas tak sebanding dengan sejarah besar klub yang pernah menguasai Inggris dan Eropa.
Kesulitan demi kesulitan menimpa tim asuhan Ruben Amorim sepanjang musim. Cedera yang menimpa sejumlah pemain inti, seperti Lisandro Martinez dan Luke Shaw, membuat stabilitas lini belakang terganggu. Di sisi lain, lini serang juga gagal tampil konsisten. Rasmus Hojlund tak mampu menyamai produktivitas musim sebelumnya.
Kekompakan tim juga dipertanyakan. Minimnya chemistry antar pemain, terutama di sektor gelandang dan bek, membuat permainan MU mudah terbaca lawan. Statistik menunjukkan bahwa mereka berpeluang menutup musim dengan total poin terendah sejak era Premier League dimulai realita pahit yang harus diterima oleh penggemar.
Sejumlah pengamat menyebut musim ini sebagai musim "terlupakan". Alih-alih bersaing di papan atas atau meraih tiket Liga Champions, MU kini lebih realistis fokus di kompetisi Eropa dan berharap bisa menutup musim dengan satu trofi.
Namun berbeda dengan perjalanan suram di Premier League, performa Manchester United di Liga Europa justru menyalakan asa. Mereka tampil lebih solid, terorganisir, dan percaya diri. Setelah melewati drama sengit melawan Lyon di perempat final menang agregat 7-6 MU kini melangkah ke semifinal dengan penuh keyakinan.
Leg pertama semifinal yang berlangsung di kandang Athletic Bilbao menjadi ajang pembuktian. Manchester United tampil gemilang dan mencetak kemenangan meyakinkan 3-0. Gol pembuka dicetak Casemiro lewat skema bola mati, memanfaatkan umpan matang Harry Maguire. Lima menit berselang, Bilbao harus bermain dengan 10 pemain setelah Dani Vivian dikartu merah karena menjatuhkan Hojlund yang berpeluang mencetak gol.
Kapten tim Bruno Fernandes tampil percaya diri dan sukses mengeksekusi penalti untuk menggandakan keunggulan. Tak berhenti di situ, Fernandes kembali mencetak gol di penghujung babak pertama, mempertegas dominasi MU.
Kesuksesan ini tidak datang begitu saja. Ada peran besar dari pemain-pemain senior seperti Casemiro yang tetap tampil konsisten di tengah tekanan. Gelandang asal Brasil itu menjadi jantung permainan, menghadirkan ketenangan, pengalaman, dan kontrol yang sangat penting di lini tengah.
Bruno Fernandes juga layak mendapat sorotan. Dengan 19 gol dan 16 assist di semua ajang musim ini, sang kapten tampil sebagai pemimpin sejati. Sementara Harry Maguire, yang sempat diragukan publik, mulai mendapat pengakuan berkat performa defensifnya yang rapi serta kontribusi penting di momen-momen krusial.
Pelatih Ruben Amorim pun patut diapresiasi. Meski tekanan besar sempat menghampiri, ia mampu mengangkat mental tim dan memaksimalkan potensi pemain yang tersedia. Pergeseran peran beberapa pemain, seperti Maguire dan Scott McTominay, terbukti efektif secara taktis.
Dengan kans juara Premier League yang sudah tertutup, Liga Europa menjadi jalan satu-satunya bagi Manchester United untuk menutup musim dengan kepala tegak. Leg kedua semifinal tinggal selangkah lagi. Jika mereka lolos ke final dan keluar sebagai juara, MU bisa mengamankan tiket otomatis ke Liga Champions musim depan sesuatu yang sangat dibutuhkan baik dari segi prestasi maupun finansial.
Bagi para penggemar, ini saatnya untuk tetap mendukung tim di sisa perjalanan Eropa. Potensi kebangkitan masih ada, dan trofi Liga Europa bisa jadi titik balik kebangkitan Manchester United ke arah yang lebih baik.
Ingin tahu lebih banyak update seputar Liga Europa dan aksi Manchester United? Ikuti terus berita terkini dan analisis tajam hanya di ShotsGoal sumber terpercaya berita bola pilihanmu!